Dunia sedang berubah. Komunikasi antarmanusia menjadi tanpa batas. Kemajuan ilmu teknologi, komunikasi, transportasi, dan turisme, telah menjadikan dunia sebagai ‘desa besar’. Di tengah situasi dunia yang berubah itu, dunia Islam mencanangkan abad ke-15 Hijriyah ini sebagai abad kebangkitan kembali Islam. Walaupun pelecehan menerpa, umat Islam musti tetap optimistis menghadapinya.
Kebangkitan masa depan tidak bisa hanya dengan membanggakan kejayaan masa lalu (glory of the past, melainkan dengan mengangkat derajat umat melalui kualitas iman dan ilmu. Dan memang bukan tugas yang ringan bagi kaum Muslimin untuk mengangkat kualitas umat yang besar jumlahnya. Apalagi, sebagian besar dari negeri-negeri Muslim adalah negara dengan pendapatan rendah.
Banyak tantangan menghadang umat. Tanpa analisa dan perencanaan strategis, umat tidak akan mencapai tujuan bersama untuk renaissance. Kita dapat belajar dari sejarah renaissance Barat. Mantan president Amerika, Richard Nixon, dalam buku terakhirnya sebelum meninggal, Seize the Moment, America Challenges in One Super Power World, mengatakan Barat berhutang besar kepada dunia Islam untukrenaissance-nya. Untuk renaissance, Barat berdiri di atas pundak dunia Islam pada masa lalu. Karena itu, kalau kaum Muslimin ingin renaissance pada abad ke-15 Hijriah ini, kita bisa meniru skenario masa lalu itu. Gerak mencapai renaissance dapat kita laksanakan dengan berdiri di atas pundak Barat.
Dakwah Global
Dalam mengambil peta global tentang dakwah Islam, saya gunakan gambaran dakwah mulai dari kawasan Kutub Utara (Norwegia) hingga kawasan Kutub Selatan (Selandia Baru).
Prof Saphinaz Amal Naguib, intelektual wanita Mesir yang menikah dengan pria Norwegia dan masuk Islam, dalam bukunya Mosques in Norway (2001), menulis banyak masjid di Norwegia, khususnya Oslo dan sekitarnya. Pertengahan 2002, di Oslo ada 30 lebih tempat untuk shalat Jumat. Masjid itu merupakan salah satu lantai dari gedung atau apartemen yang diubah dan dihiasi seperti masjid.
Kaum Muslimin telah menjadi umat beragama kedua di Norwegia sesudah Protestan (Luther). Umat beragama Katholik hanya menempati urutan ketiga dari 4,5 juta penduduk Norwegia. Di antara kaum Muslimin tersebut terdapat 400 orang yang berpindah dari agama lain menjadi Muslim.
Untuk memberi bayangan dakwah global dari daerah Kutub Utara (Norwegia), saya bergerak ke Kutub Selatan (Selandia Baru). Dalam penelitiannya, Cherryl M Hill, menulis tesisnya, Kiwis on The Straight Path. Kiwis adalah penduduk asli Selandia Baru.
Menurut Cherryl M Hill yang membuat tesis ini di Universitas Centerburry, Selandia Baru, pengkajian dari 40 orang Selandia Baru yang masuk Islam mempunyai karakteristik umur sekitar 30-an tahun, lebih terdidik, dan sebelumnya mereka Kristen yang sedang belajar agama. Hill berkata,’’Islam has strong intellectual appeal (Islam mempunyai daya tarik intelektual yang sangat kuat).’’
Monotheisme yang jelas dan kuat perlu untuk banyak orang yang mungkin tidak begitu sreg dengan konsep ketuhanan dan trinitas dari Yesus. Sedangkan konsep Nabi Muhammad SAW hanya manusia biasa seperti nabi-nabi dan rasul-rasul sebelumnya, lebih menarik untuk banyak orang, khususnya kaum terpelajar. Demikian pula dengan ibadah yang mudah. Tidak ada perantara makhluk untuk beribadah kepada Tuhan. Muslim baru itu, menurut Cherryl M Hill, juga memberi kesimpulan tambahan. Yaitu Islam mementingkan nilai-nilai keluarga, serta menolak segala bentuk narkoba dan judi. Dia berkata,’’A well structured and clearly defined of life (struktur dan tujuan hidup sangat jelas).’’
Paling pesat
Banyak ilmuwan --Muslim maupun non-Muslim-- telah menyatakan bahwa Islam adalah agama yang paling cepat berkembang di dunia, walaupun media massa, khususnya media massa Barat, selalu memberi gambaran buruk tentang Islam. Walaupun media massa selalu menyamakan Muslim dengan teroris, ekstremis, dan radikalis, kenyataannya semakin banyak saja orang terdidik Barat memeluk Islam.
Banyak ilmuwan Barat telah menyatakan bahwa Islam dan Muslim tak lagi berada nun jauh di sana. Islam dan Muslim sudah berada kini dan di sini, disamping kita sebagai tetangga, atau bahkan menjadi salah satu keluarga. Menurut Saphinaz Amal Naguib dan Cherryl M Hill, saat ini buku dan pamfet dari organisasi dakwah Islam harus dibuat lebih menarik dengan kualitas lebih baik. Sebab daya tarik Islam sebagai agama univesal dalam era globalisasi ini semakin kuat di seluruh dunia, mulai dari Kutub Utara hingga Kutub Selatan. Pasca-peristiwa 11 September 2001 lalu, dunia Islam tentu terkena akibat langsung atau tak langsung, baik negatif maupun positif. Pengaruh positifnya adalah semakin banyaknya orang memiliki minat mempelajari Islam yang benar. Media massa menyajikan banyak rukun iman dan rukun Islam serta minta para ahli studi Islam menulis dasar dan esensi ajaran Islam.
Kita telah menyaksikan serangkaian diskusi Islam dari BBC dan CNN tentang jihad dan syariah. Intelektual Muslim telah banyak diundang ke perguruan tinggi untuk diskusi panel dan seminar. Padahal, sebelumnya banyak universitas yang mengabaikan studi Islam. Perkembangan ini membuat Department of Islamic Study mencari para ahli dan dosen untuk itu, terutama dari negeri-negeri Muslim.
Pengaruh negatifnya, kini setiap Muslim menjadi korban pemeriksaan keamanan, terutama di Amerika dan Inggris. Dalam menghadapi teroris international, negara Barat dan negara Islam bekerja sama, khusus negara Islam moderat seperti Pakistan, Saudi, Mesir, Yordan, dan Indonesia dalam kadar-kadar tertentu --khususnya saat Presiden Republik Indonesia ini ditangani oleh Susilo Bambang Yudhoyono. Tentu, terkadang terjadi gap informasi antara pemerintah dan rakyat. Maka, informasi dalam era globalisasi ini amat penting, harus akurat, dan cepat, supaya efektif.
Islam-Kristen
Hubungan Islam dan Kristen di dunia saat ini sangat strategis untuk menuju dunia yang lebih sejahtera, damai, dan bersahabat. Dalam dunia tanpa batas ini, kita di dunia makin hidup dalam kemajemukan, termasuk majemuk agama, budaya, dan ras. Pluralisme adalah tantangan terhadap setiap agama dalam era global ini.
Islam, sejak awalnya telah berkembang dalam kemajemukan. Dalam pandangan Islam, kemajemukan dan perbedaan itu adalah sunnatullah dari sekian banyak sunnatulah. Islam yang bermula turun di Arab, berkembang ke Afrika Utara, serta melebar ke arah Timur dan Barat.
Prof Syed Habibul Haq Nadvi dalam bukunya, Dinamika Islam, menggambarkan sejarah Islam yang sangat menarik dan sekaligus menyedihkan saat kehancuran Baghdad, tahun 1258. Penaklukan itu dilakukan Hulagu, turunan Jengis Khan. Tapi fakta menunjukkan kekuatan dakwah. Turunan Hulagu kemudian malah menjadi pahlawan-pahlawan dan pemikir Islam, khususnya di daerah Asia tengah.
Kita bisa menjadi murid sejarah yang cerdas dalam mencermati peristiwa 11 September. Generasi Islam yang terdidik harus dihindarkan dari ‘kelompok garis keras’, baik di luar negeri maupun dalam negeri. Mereka akan menjadi pembawa dakwah Islam pada masa mendatang yang maju, penuh mutual respek, dan toleransi. Maka, kewajiban setiap rumah tangga Muslim untuk menjadikan anak-cucu mereka sebagai tauladan Muslim dan Muslimah, yaitu cerdas dan beriman.
Peluang besar ada di hadapan kita. Para dai dan daiat, muballigh, dan mubalighat, kalau berhasil meningkatkan kualitas dan kerajinan diri, dapat menyaingi misionaris agama lain. Tantangan besar dakwah menghadang pula di depan mata kita. Seperti kemiskinan, kurangnya pendidikan, dan pertentangan politik di antara negeri Islam serta pertentangan antargolongan Islam.
Saat ini, intensitas kegiatan umat adalah merapatkan barisan ahlussunnah wal jamaah di Indonesia, yaitu NU dan Muhammadiyah. Dua organisasi dakwah Islam ini telah hampir seabad usianya. Mereka jaya karena memilih garis ummatan wasathan. Semua mubaligh Muhammadiyah dan NU di manapun berada, mesti menempuh dan memelihara ukhuwah Islamiyah, khususunya sesama mubaligh.
NU dan Muhammadiyah dapat menyelamatkan Indonesia dari kekerasan atas nama agama di Tanah Air ini, baik datang dari luar maupun dari dalam. Globalisasi bagi Muslim adalah untuk menunjukkan dirinya dan agamanya sebagai rahmatan lil ‘alamin.
Sabtu, 10 Januari 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar